Sounds

Jumat, 16 Juni 2017

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

    Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,  tunagrahita,  tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Beberapa Istilah dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus:

  • Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
  • Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
  • Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.  Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
  • At Risk : anak yang meskipun tidak teridentifikasikan memilki kerusakan namun berpeluang mengalami hambatan atau masalah tertentu. Contoh : seseorang yang tidak memilki gangguan tapi dia mengalami kesulitan dalam belajar.

     Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
 

SLB A:
     
     Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
  1. Kebutaan Total (Totally blind) : yaitu dimana indera penglihata seseorang benar-benar sudah tidak dapat berfungsi lagi
  2. Low Vision : seseorang dikatakan Low vision apabila orang tersebut mengalami kekurangan penglihatan.

     Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. 

SLB B:

     Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40 dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55 dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70 dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90 dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91 dB).

     Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

SLB C:

     Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
Retardasi mental dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :
1.       Retardasi mental ringan ( IQ 55-70)
2.       Retardasi mental moderat ( IQ 40-54 )
3.       Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
4.       Retardasi mental parah ( IQ < 25 )
 
            Dalam Sekolah Luar Biasa khusunnya SLB-C untuk tunagrahita anak-anak dengan retardasi mental dapat digolongkan  menjadi dua tipe :
1.      Educabel
pada kategori ini anak-anak yang bersekolah adalah yang mampu didik atau yang disebut dengan anak-anak dengan retardasi mental ringan. Mereka dapat dididik sampai dengan kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat dimasukkan pada sekolah SLB-C.
2.      Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan pada anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat dirinya sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga dilatih untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Sekolah Luar biasa untuk kategori ini adalah SLB-C1.
 
     Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
 
SLB D:

     Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Tujuan umum pendidikan di SLB-D adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dan tujuan khususnya agar siswa dapat mandiri minimal dapat mengurus dirinya sendiri, menjadi lebih baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut di sekolah telah melaksanakan berbagai kegiatan seperti pembelajaran, latihan, dan bimbingan baik pada siswa maupun pada orang tuanya.  
 
 
SLB E:
     
     Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

     Di dalam pelaksanaan penyelenggaraannya kita mengenal macam-macam bentuk penyelenggaraan pendidikan anak tunalaras/sosial sebagai berikut:
1.      Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler. Jika diantara murid di sekolah tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan ringan segera para pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-sama kawannya di kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus.
2.      Kelas khusus apabila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman pada satu kelas. Kemudian gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah lakunya dipelajari. Diagnosa itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih merupakan bagian dari sekolah yang bersangkutan. Kelas khusus itu dipegang oleh seorang pendidik yang berlatar belakang PLB dan atau Bimbingan dan Penyuluhan atau oleh seorang guru yang cakap membimbing anak.
3.      Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras tanpa asrama Bagi Anak Tunalaras yang perlu dipisah belajarnya dengan kawan yang lain karena kenakalannya cukup berat atau merugikan kawan sebayanya.
4.      Sekolah dengan asrama. Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah dengan kawan maupun dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini juga dimaksudkan agar anak secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina. Adanya asrama adalah untuk keperluan penyuluhan.
 
SLB G:

     Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.

Klasifikasi anak Tunaganda, pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelaianan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3. kelainan utamanya tunanetra. 
Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa. 
Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras. Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.
            Pada masa lalu,tunaganda secara rutin dipisahkan dari sekolah regular, bahkan sekolah Khusus. Demikian juga program-program pendidikan bagi anak tunaganda semakin dikembangkan untuk anak usia sedini mungkin. Setidak-tidaknya program pendidikan lebih diorientasikan untuk meningkatkan kemandirian anak. Sementara itu dengan pengajaran seharusnya mencakup, di antaranya: ekspresi pilihan, komunikasi, pengembangan keterampilan fungsional, dan latihan keterampilan sosial sesuai dengan usianya, menyadari akan kondisi obyektif anak anak tunaganda, maka pendekatan multidipliner adalah penting. Oleh karena itu orang-orang yang sesuai dalam mengatasi anak tunaganda, seperti terapis bicara dan bahasa, terapis bicara dan bahasa,terapi fisik dan okupasional seharusnya bekerjasama dengan guru-guru kelas, guru-guru khusus dan orangtua, karena perlajuan yang lebih cocok untuk mengatasi anak-anak tunaganda berkenaan dengan masalah ketererampilan adalah memberikan layanan yang terbaik daripada yang diberikan ditempat terapi yang terpisah. Untuk dapat menjamin kemandirian menjamin kemandirian anak tunaganda dalam proses pembelajaran perlu didukung dengan penataan kelas yang sesuai,alat bantu dalam meningkatan keterampilan fungsionalnya. Integrasi dengan anak seusia merupakan komponen lainnya yang penting. Menghadirkan sekolah regular dan berpartisipasi dalam kegiatan yang sama dengan anak-anak normal adalah penting untuk pengembangkan keterampilan sosial dan persahabatan,di samping dapat mendorong adanya perubahan sikap yang lebih  positif.


Mendesain Lingkungan Fisik Kelas

     Mendesain lingkungan fisik kelas erat kaitannya dengan pengelolaan kelas, untuk menciptakan suasana kelas yang efektif. Nah, mendesain lingkungan fisik itu lebih dari sekedar penataan barang di kelas.

Prinsip Penataan Kelas

Terdapat empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas (Evertson, Emmer, & Worsham, 2003):
  • Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati.
  • Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja Anda, lokasi instruksional, meja murid, dan semua murid. Jangn sampai ada yang tidak kelihatan.
  • Pastikan urid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di mana Anda dan murid Anda akan berada saat presentasi kelas diadakan.
  • Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.

Gaya Penataan

      Dalam memikirkann bagaimana cara Anda mengorganisasikan ruang fisik kelas, Anda harus bertanya kepada diri sendiri tipe aktivitas pengajaran apa yang akan diterima murid. Pertimbangkan penataan fisik yang paling mendukung aktivitas itu.

PENATAAN KELAS STANDAR
      Terdapat sejumlah gaya penataan kelas, yaitu: auditorium, tatap-muka, off-set, seminar, dan klaster.

  • Gaya auditorium. Gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
  • Gaya tatap muka. Gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap.
  • Gaya off-set. Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
  • Gaya seminar. Gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran atau persegi, atau bentuk U.
  • Gaya klaster. Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.

     Susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi sosial di antara murid. Sebaliknya, susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial di antara murid dan mengarahkan perhatian murid kepada guru. Menata meja dalam lajur-lajur dapat bermanfaat bagi murid ketika mereka haru mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri, sedangkan eja yang dikelompokkan akan membantu proses belajar kooperatif.

Strategi yang dilakukan dalam Manajemen Kelas:


  • Mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal
  • Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran
  • Membangun dan menegakkan aturan
  • Mengajak murid untuk bekerja sama
  • Mengatasi problem secara efektif
  • Menggunakan strategi komunikasi

Bagaimana menciptakan lingkungan kelas yang positif?

A. Gunakan manajemen kelas otoritatif, bukan gaya otoriter atau permisif. Gaya otoritatif adalah melakukan percakapan dengan murid, memerhatikan murid dan membatasi perilaku murid jika dibutuhkan. Pengajaran yang otoritatif berhubungan dengan perilaku murid yang kompeten.

B. Dapat membedakan antara aturan dan prosedur lalu pertimbangkan kemungkinan yang tepat untuk melibatkan murid dalam diskusi dan pembuatan aturan. Aturan kelas harus:

  1. Masuk akal dan perlu
  2. Jelas dan dapat dipahami
  3. Konsisten dengan tujuan instruksional dan pembelajaran
  4. Kompatibel dengan aturan sekolah
C. Agar murid mau bekerja sama diperlukan:
  1. Pengembangan hubungan positif dengan murid.
  2. Mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab (seperti melibatkan murid dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas, mendorong murid untuk menilai perilaku mereka sendiri, jangan menerima alasan-alasan, dan bersabar sampai strategi pemberian tanggung jawab ini bisa bekerja).
  3. Memberi imbalan pada perilaku yang tepat (seperi memilih penguat yang efektif dan penggunaan prompts dan shaping secara efektif).

Kamis, 01 Juni 2017

Bimbingan dan Konseling

Apa ya pengertian dari Bimbingan dan Konseling?

Yaitu terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungan.


Adapun pengertian Bimbingan dan Konseling:

  • Bimbingan merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mencapai perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. 
  • Konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan diri dan mengatasi masalah melalui hubungan tatap muka atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok.

Tujuan Bimbingan:

  • Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan masa yang akan datang
  • Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
  • Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan
  • Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.


Fungsi Bimbingan:


  • Pemahaman, membantu siswa memahami potensi yang dimilikinya.
  • Preventif, mengantisipasi masalah dan berusaha mencegahnya.
  • Pengembangan, berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
  • Perbaikan (penyembuhan), membantu siswa yang telah memiliki masalah.
  • Penyaluran, membantu siswa memilih kegiatan pemantapan penguasaan karir.
  • Adaptasi, memilih metode pendidikan sesuai dengan kemampuan individu.
  • Penyesuaian, membantu siswa menyesuaikan diri dengan program pendidikan.

Macam-macam Bimbingan berdasarkan masalah:

1. BIMBINGAN AKADEMIK
Diarahkan  untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik :
  •    Pengenalan kurikulum.
  •    Pemilihan jurusan.
  •    Cara belajar.
  •    Penyelesaian tugas dan latihan.
  •    Pencarian dan penggunaan sumber belajar.
2. BIMBINGAN SOSIAL PRIBADI
Membantu siswa memecahkan masalah sosial pribadi :
  •    Hubungan sesama teman.
  •    Hubungan dengan guru dan staf .
  •    Pemahaman sifat.
  •    Penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.
  •    Penyelesaian konflik.

3. BIMBINGAN KARIR
Membantu individu dlm perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah karir :
  •    Pemahaman terhadap jabatan, tugas kerja.
  •    Pemahaman kondisi dan kemampuan diri.
  •    Pemahaman kondisi lingkungan.
  •    Perencanaan dan pengembangan karir.
  •    Penyesuaian pekerjaan.
  •    Pemecahan masalah karir yang dihadapi.

 Prinsip-prinsip dari Bimbingan:

  • Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik bermasalah maupun tidak, 
  • Bimbingan bersifat individualisasi yang memandang setiap individu itu unik, 
  • Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, 
  • Bimbingan merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerjasama,
  • Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, 
  • Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah. 


Jenis Layanan Bimbingan:

  1. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya sbg usaha utk mengetahui diri individu seluas-luasnya & latar belakang lingkungannya.
  2. Penyajian informasi yang menyajikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu.  Orientasi/Orientation (Cara belajar, ergaulan., Artikulasi (Articulation – khusus untuk calon siswa), dll.  
  3. Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan yang memfasilitasi individu memperoleh bantuan pribadi secara langsung.
  4. Penempatan (Placement) dan  Tindak lanjut (Follow-up – khusus untuk alumni): pilihan kegiatan ekstrakurikuler, pilihan program studi, pilihan sekolah lanjutan, tindak lanjut., dll.
  5. Penilaian dan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tujuan apa saja yang telah dicapai dari program yang  dilaksanakan.
  6. Konsultasi(Consultation):

  •          Dengan petugas administrasi sekolah
  •          Dengan staf pengajar.
  •          Dengan orangtua siswa – secara
  •          individual atau dalam bentuk pertemuan dengan para orangtua. 

Pendekatan Bimbingan:

  1. Pendekatan Krisis, membantu individu yang datang sesuai dengan masalah yang dihadapinya dengan lebih menggunakan pendekatan psikoanalisa.
  2. Pendekatan Remedial, membantu memperbaiki kesulitan dan kelemahan individu dengan lebih menggunakan pendekatan behavioristik.
  3. Pendekatan Preventif, mengajarkan pengetahuan dan keterampilam untuk mencegah dan mengantisipasi masalah.
  4. Pendekatan Perkembangan, menggunakan teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.


Berikut di atas pembahasan sedikit mengenai bimbingan dan konseling, semoga informasinya membantu..

Selasa, 11 April 2017

Testimoni Perkuliahan

Nama: Hafizah Aini
Nim: 161301002

     Mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diambil pada semester ini (dua), mendengar nama mata kuliah ini saya berpikir ini akan menjurus seperti Bimbingan Konseling (BK) ternyata tidak serinci itu karena ternyata Bimbingan Konseling (BK) adalah salah satu mata kuliah pilihan nantinya.
Kesan pertama yang saya kagumi adalah dosen-dosen Psikologi Pendidikan yang metode belajarnya diluar perkiraan saya. Karena ada beberapa metode yang menyenangkan sehingga mampu membangkitkan semangat untuk mengikuti aktivitas perkuliahan. Walaupun terkadang dengan metode ceramah yang diaplikasikan pada mata kuliah Psikologi Pendidikan ini sempat membuat saya mengantuk tapi masih bisa diatasi rasa ngantuk tersebut, apalagi sudah belajar motivasi sehingga membuat saya sadar akan motivasi intrinsik untuk menahan rasa ngantuk tersebut. Dan dengan adanya mata kuliah ini saya diberi kesempatan melakukan observasi, yaitu pengalaman pertama mengobservasi lingkungan sesuai topik yang diajarkan.
     Dan dengan metode belajar menggunakan kelompok saya semakin belajar bagaimana berkoordinasi dengan baik pada sesama anggota kelompok. Dengan adanya kegiatan observasi tersebut juga membuat banyak pengalaman baik sisi pembelajaran dan tim.

Powerpoint Laporan Hasil Observasi Prasekolah (TK)

KELOMPOK 8:
1. Talenta Hutabarat      (16-005)
2. M. Ridhona Z.Nur       (16-010)
3. Wanda Pratama         (16-026)
4. Neni Tria                  (16-030)
Intan Yolanda            (16-041)
6. Santi Melisa             (16-058)


Sabtu, 08 April 2017

Laporan Observasi Tahap Prasekolah (TK)

1. Nomor Kelompok :    8 (Delapan)
2. Ketua Kelompok :    Wanda Pratama         (16-026)
  Anggota Kelompok :    Hafizah Aini (16-002)
                                       Talenta Hutabarat      (16-005)
                                           M. Ridhona Z.Nur       (16-010)
                                           Neni Tria                  (16-030)
                                           Intan Yolanda            (16-041)
                                           Santi Melisa              (16-058)
 
3. Nama Sekolah                  : TK Dharma Wanita Persatuan USU
4. Identitas Sekolah :
- Alamat                              :  Jl.Universitas No.26, Padang Bulan Kota Medan
- Jumlah Siswa (Observasi) :  15 orang
- Jumlah Kelas                     :  3 (tiga) kelas
- Jumlah Guru                      :  4 (empat) orang
- Prestasi                             :  Juara I Lomba Kebersihan tingkat Kecamatan
5. Hari/Tanggal Observasi     :  Jumat,31 Maret 2017
6. Teori Landasan :  Bab 14. Mengelola Kelas
                                                   (Psikologi Pendidikan oleh J.W Santrock)
7. Waktu Observasi                 :  08.00 – 10.15 (2 jam 15 menit)
8. Lokasi Observasi                :   TK Dharma Wanita Persatuan USU
9. Pembagian Tugas            :

1. Wanda Pratama : Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
2. Hafizah Aini           : Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
3. Talenta Hutabarat : Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
4. M.Ridhona Z Nur : Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
5. Neni Tria Harahap : Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
6. Intan Yolanda          : Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
7. Santi Melisa            : Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan


10. Jadwal dan Sistematis Pelaksanaan Penelitian










SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
06 Maret 2017  :  Diskusi Pemilihan Topik
24 Maret 2017  :  Diskusi Mengenai Teori
31 Maret 2017  :  Observasi
01 April 2017    :  Diskusi Kelompok
04 April 2017    :  Pembuatan Poster
08 April 2017    :  Posting Blog

11. Jadwal Kegiatan (Jumat, 31 Maret 2017)
08.00 – 08.15  :  Bel berbunyi, berbaris, berolahraga, menyanyi dan menari bersama
08.15 – 08.45  :  Kegiatan awal, salam dan doa
08.45 – 09.45  :  Kegiatan Inti (Pada hari Jumat menggambar dan membaca cerita)
09.45 – 10.00  :  Cuci tangan, doa dan makan bersama di dalam kelas
10.00 – 10.15  :  Istirahat, main didalam atau diluar kelas
10.15               :  Pulang

12. Catatan Hasil Observasi
a. Keadaan Kelas
Di dalam kelas terdapat 4 kelompok meja dengan 3-4 orang murid yang menduduki kursi
Gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap muka
Kelas sudah bersih dan rapi saat murid-murid memasuki kelas
Di belakang kelas terdapat tempat mainan murid-murid disimpan
Loker kelas terletak rapi disudut belakang kelas dengan nama masing-masing murid. Di dalam loker terdapat buku mewarnai, buku tulis, alat tulis, dan peralatan lainnya.
Kelas memiliki dekorasi bervariasi, yaitu terdapat poster-poster abjad serta lukisan- lukisan lucu di dinding kelas
Kelas menggunakan AC sebagai pendingin ruangan
Terdapat satu meja guru di depan kelas

b. Aktivitas Kelas
Sebelum memasuki kelas murid melakukan senam pagi yang didampingi guru
Guru sudah mengenali nama murid satu persatu
Murid memasuki kelas dan duduk di kursinya masing-masing
Guru membuka kelas dengan berdoa dan menanyakan kabar murid
Guru mengulas kembali pelajaran yang sudah lalu saat membuka kelas
Guru menanyakan ibadah murid
Murid sudah hapal rutinitas di hari Jum’at yaitu murid bebas melakukan hal yang diinginkan seperti menggambar karena senin-kamis murid sudah belajar menulis, membaca, dan berhitung.
Murid mengambil sendiri peralatan menggambarnya di loker yang sudah tersedia
Ada juga kegiatan menyanyi tentang pelajaran murid
Setelah murid selesai menggambar, guru memberikan nilai terhadap gambaran mereka serta menanyakan apa yang mereka gambar
Murid yang sudah selesai dinilai diizinkan untuk bermain di area belakang kelas yang sudah tersedia dengan mainan
Pada saat jam makan, murid diminta untuk mencuci tangan dengan cara mengantri, kamar mandi murid berada di luar ruangan kelas
Guru meminta murid berdoa dan mengawasi murid saat sedang makan sambil menanyakan apa bekal yang ia bawa
Sebelum pulang murid diminta merapikan barang-barangnya
Diakhir kelas murid diminta berdoa dan diizinkan pulang, kelompok murid yang paling tertib diizinkan pulang terlebih dahulu

c. Interaksi
Interaksi antar guru dan murid cukup baik dan sering
Guru membimbing murid untuk membaca doa-doa
Guru menegur murid secara langsung apabila tidak tertib
Guru menghapal dengan baik nama-nama murid
Guru memberikan pujian kepada murid yang berani bercerita tentang kegiatannya
Saat menggambar murid banyak berinteraksi dan bercanda, serta pinjam meminjam alat-alat menggambar
Guru menanyakan apa gambar yang  mereka gambar secara individu
Ada beberapa murid yang tidak mau menggambar tetapi malah mengerjakan soal-soal di bukunya

13. Pembahasan Antara Hasil Observasi dengan Landasan Teori
1. Pada TK Dharma Wanita USU, anak – anak didik terlihat mampu menjawab pertanyaan guru melalui media simbolik dengan bentuk rumah ibadah dan foto Presiden. Dimana pada pemikiran praoperasional menurut piaget, tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.
2. Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock (2014) memberi beberapa prinsip penataan kelas, yaitu:
- Mengurangi kepadatan di tempat lalu–lalang.
- Memastikan bahwa guru dapat melihat murid dengan mudah.
- Materi dan perlengkapan kelas mudah diakses.
- Memastikan murid dapat melihat semua presentasi kelas.
TK Dharma Wanita masih belum mampu memastikan kondisi pertama. Dikarenakan hal ini terjadi karena ruang kelas satu pintu dengan jalan keluar kantor kepala sekolah.
Mengenai gaya penataan kelas, Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam Santrock (2004) mengemukakan lima gaya penataan, TK Dharma Wanita USU menggunakan gaya yang  kedua. Yaitu, gaya tatap muka, dimana murid saling berhadapan (face to-face). Anak – anak akan belajar  cenderung lebih sering bercengkrama dengan temannya yang lain.
Personalisasi kelas cukup baik di TK ini sebab dekorasi kelas menggunakan hiasan warna-warni , mainan yang memacu kognitif  dan kreatifitas (seperti susunan kayu dari besar-kecil dan lego). Tetapi ruangan kelas kurang efektif penempatannya karena berseberangan dengan ruangan kepala sekolah (bisa dilewati dari pintu yang sama).
3. Dalam menciptakan lingkungan yang positif di sekolah,guru menggunakan strategi otoritatif dimana murid dilibatkan dalam kerja sama serta diberi perhatian. Kerjasama terlihat dari kegiatan mengambil peralatan gambar di loker masing-masing.
4. Dalam mempertahankan aturan atau prosedur, terdapat tiga strategi untuk menjaga kerjasama antara murid dan guru yang masing-masing telah dipenuhi oleh TK  yaitu:
Menjalin hubungan positif dengan murid: berinteraksi secara empat mata.
Mengajak murid untuk bertanggung jawab: setelah selesai makan mereka harus membersihkan meja mereka dan merapikannya,setelah selesai bermain mereka harus menyusun kembali mainan yang mereka ambil.
Memberikan hadiah: memuji, mengacungkan jempol,  menepuk tangan pada murid yang bersemangat dan yang berani untuk tampil membaca puisi dan bernyayi.
5. Terdapat masalah yang jelas mengenai seorang murid yang tidak bisa duduk tenang dikelas dan mulai mengganggu teman yang lainnya, tetapi guru TK menyelesaikan masalah ini dengan bentuk non-asertif. Setelah menanganinya guru melanjutkan pembelajaran dikelas.
6. Untuk mengatasi beberapa masalah yang lazim dialami oleh para guru TK dalam berkomunikasi dengan muridnya, maka harus dengan menjalin hubungan komunikasi aktif dengan audien (anak-anak). Hal ini dikatakan oleh College pada tahun 1995 (Santrock, 2004).


TEORI MANAJEMEN KELAS
1. Sejarah dan Tokoh
Kelas dimana anak usia dini atau Taman Kanak Kanak sebagai sebuah institusi pendidikan mungkin masih tergolong baru dibandingkan sekolah lainnya. Menurut sejarahnya tercatat Freidrich Froebel (21 April 1782-21 Juni 1852) seorang berkebangsaan Jerman, sebagai salah satu pengagas pendidikan untuk anak dengan membuka kindergarten (kinder=anak; garten=taman) pertama di dunia pada 28 Juni 1840 di Thuringia-Jerman.
Pendidikan TK dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama melalui sistem pendidikan dan pengajaran. Seiring dengan perkembangan Taman Indria, berkembang pula Taman Kanak-kanak (TK) yang merupakan adaptasi dari konsep Kindergarten dan Taman Indria. Perkembangan TK jauh lebih pesat dari pada Taman Indria. Dalam perjalannya selama di Indonesia, lahir pula Raudhatul Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi anak usia dini dengan kekhasan agama Islam.
Baik Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun Raudhatul Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani program PAUD dalam bentuk apapun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan pengasuhan terutama bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah, muncullah program Taman Penitipan Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak. Sejak tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk anak usia 3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB.
Hal penting lainnya adalah dasar bagi kurikulum yang dirancang Froebel, yaitu gift (objek yang dapat dipegang dan digunakan anak sesuai instruksi guru, sehingga anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna, dan menghitung), occupation(materi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai pola, membuat bentuk mengikuti pola, menggunting, menggambar, menempel dan melipat kertas, dll), nyanyian, dan permainan yang mendidik.

2. Anak Prasekolah
Salah satu Teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami kognitif seseorang melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia.
1.Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Pemikiran Praoperasional menurut piaget
Pada tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.
1) Fungsi simbolis Fungsi simbolis (Symbolic function):
Kemampuan anak menggunakan representasi mental  (kata-kata, angka, atau gambar). Tanpa simbul-simbul, individu tidak dapat berkomuniasi secara verbal, membuat perubahan, membaca peta, atau mengenali foto-foto yang disayangi dari kejauhan. Simbol-simbol bisa membantu seorang anak untuk mengingat dan berpikir tentang sesuatu yang tidak hadir secara fisik.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a. Imitasi tidak langsung Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.

b. Permainan Simbolis Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

c. Menggambar Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d. Gambaran Mental merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

e. Bahasa Ucapan Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

3. Manajemen kelas
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Evertson, Emmer, & Worsham, 2003 dalam Santrock, 2004). Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany, bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Secara historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur dan dalam tren selanjutnya lebih menekankan pada pelajar, dan guru sebagai fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman, dkk., 2002 dalam Santrock, 2004).
Proses belajar-mengajar dalam kelas hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada dalam sekolah yang bersangkutan akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut :
1. Guru sebagai pendidik
2. Murid sebagai yang dididik
3. Alat-alat yang dipakai
4. Situasi dalam dan lingkungan kelas
5. Kelas itu sendiri
6. Dan hal lainnya yang sewaktu-waktu terjadi

Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau
Walter Doyle (1986) dalam buku Santrock (2004) mendeskripsikan enam karateristik yang merefleksikan kompleksitas dan problemnya yaitu:
1. Kelas adalah multidimensional, yaitu kelas adalah setting untuk banyak kegiatan, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat.
2. Aktivitas terjadi secara simultan. Banyak aktivitas yang terjadi secar simultan didalam kelas, seperti ada murid yang menulis dan sebagian lagi mendiskusikan suatu cerita bersama guru.
3. Hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian yang sering kali terjadi secara cepat dan membutuhkan respon yang cepat.
4. Kejadian sering tidak terprediksi. Hal ini berupa murid sakit, murid berkelahi, alarm kebakaran berbunyi, dan sebagainya.
5. Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian yang tidak terduga, dan mengalami frustasi.
6. Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu.
Tujuan dan Strategi Manajemen
Menurut Santrock (2004), ada 2 tujuan manajemen kelas yang efektif, yaitu :
1. Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
2. Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip penataan kelas yang dikemukakan oleh Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock (2004):
- Mengurangi kepadatan di tempat lalu–lalang.
- Memastikan bahwa duru dapat melihat murid dengan mudah.
- Materi dan perlengkapan kelas mudah diakses.
- Memastikan murid dapat melihat semua presentasi kelas.

Gaya Penataan yang dikemukakan oleh Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam buku Santrock (2004):
- Gaya auditorium yaitu semua murid menghadap guru.
- Gaya tatap muka yaitu murid saling berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya off-set, sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan
   langsung satu sama lain.
- Gaya seminar, sejumlah murid duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi.
- Gaya klaster, yaitu sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil.

4. Perkembangan Anak Pra-Sekolah
Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003).
Dalam proses perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri anak TK dan prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.
Ciri Fisik Anak Prasekolah
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.

Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial.

Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
Anak TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. a) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. b) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. c) Kagumilah apa yang dilakukan anak. d) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Pendidikan anak Pra-Sekolah
Menurut The National Association for The Education of Young Children (NAEYC), pendidikan prasekolah (early childhood education) adalah pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak awal. Fungsi pendidikan prasekolah sendiri merupakan sebagai persiapan anak untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih matang.
Menurut UU RI No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 (2), pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasai pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.

Bermain Sosial
Dengan bentuk seperti ini, guru dapat melihat partisipasi anak dalam suatu kegiatan bermain dan akan menunjukkan derajat partisipasi berbeda. Parten (1932) dan Brewer (1992) menjelaskan berbagai derajat partisipasi anak :
• Solitary Play ; anak bermain sendiri tanpa menghiraukan anak lainnya
• Onlooker Play ; anak hanya sebagai penonton dalam permainan tersebut
• Parallel Play ; anak menggunakan mainan yang sama atau meniru cara anak lain ber-
                           main, namun tetap bermain sendiri.
• Associative Play ; anak bermain bersama namun permainan tidak terstruktur
• Cooperative Play ; anak bermain bersama dengan aturan-aturan tertentu

Praktik Pendidikan Anak Pra-Sekolah
Pada tahun 1986, NAEYC meneliti isu praktik yang cocok dikembangkan pada program masa awal anak-anak. Dalam suatu studi, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah dengan praktik yang cocok menurut dokumen yang diterbitkan NAEYC memperlihatkan perilaku kelas yang lebih cocok dan kebiasaan belajar yang lebih baik (Hart & others, 1993).

Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:
1.      Model Pembelajaran Klasikal
Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara individu.
2.      Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema
3.      Model pembelajaran berdasarkan sudut,
Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4.      Model pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak.
5.      Model pembelajaran berdasarkan sentra
Adalah pendidikan pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok setiap PAUD Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain : bermain sensori motor / fungsional , bermain peran , bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Selain metode yang bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih umum antara lain :
a.       Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiati.
b.      Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu.

KESIMPULAN, HAMBATAN, SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa TK Dharma Wanita Persatuan USU telah memiliki pengelolaan kelas yang cukup baik.Dimana TK ini telah cukup memenuhi prinsip penataan kelas,  gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap muka, prinsip penataan kelas sudah terpenuhi. Tetapi menurut kami, guru pada TK ini kurang dalam memberikan reward berupa pujian terhadap murid-murid yang sudah berani menjawab pertanyaan guru.
Hambatan
Secara keseluruhan semuanya berjalan lancar, tetapi terkadang ada beberapa anak yang masih malu-malu karena kedatangan kami, jadi mereka juga terkadang tidak menjawab apa yang kami tanyakan.
Saran
Sebaiknya guru di TK Dharmawanita USU lebih sering memberikan reward bukan hanya  tepuk tangan tetapi juga berupa perkataan seperti “kamu pintar sayang!” agar memotivasi murid lebih berani menjawab pertanyaan guru serta lebih semangat.

TESTIMONI MASING-MASING

Hafizah Aini 16-002
Pengalaman yang menarik dan menyenangkan. Karena berinteraksi dengan anak-anak. Dengan adanya kegiatan observasi ini membuat saya mengetahui hal apa saja yang bisa diobservasi dan energi positif dari anak-anak itu rasanya menular kepada kami. Bagaimana keceriaan dan semangat mereka yang membuat kami ikut bersemangat dan ceria.
Talenta M.N. Hutabarat 16-005
Menurut saya, kegiatan observasi terhadap manajemen kelas dimata kuliah psikologi pendidikan ini adalah hal yang baru dan merupakan bagian tugas yang sangat menyenangkan dan sangat membantu dalam penambahan ilmu secara praktik dalam pembelajaran selama kuliah.
M. Ridhona Z. Nur 16-010
Observasi ini membuat saya ingin kembali ke masa kecil saya. Apalagi lihat anak –anak yang lucu lucu. Wihhh.... makin membuat saya betah di TK itu. Dan satu hal yang membuat saya belajar dari TK itu adalah nikmatilah masa kecilmu!. Sebab jika kita merasa masa kecil kita pahit,maka jadikanlah ia alasan buat kesuksesanmu di masa depan, tapi jika kita merasa masa kecil kita manis maka jangan jadikan ia alasan tetapi pertahankanlah untuk kemudahanmu  dalam kesuksesanmu di masa depan.
Wanda Pratama 16-026
Menurut saya sistem pembelajarannya sangat menyenangkan karena anak-anak bisa belajar sambil bermain, sebab pembelajar seperti itu tidak ada kebosanan dalam belajar
Neni Tria Harahap 16-030
Observasi ini merupakan pengalaman yang menarik untuk saya, karena saya sebelumnya belum pernah melalukan observasi terutama terjun langsung mengobservasi anak-anak TK.Serta banyak sekali hal positif yang saya peroleh seperti semangat mereka yang tinggi dalam belajar dan observasi ini juga mengingatkan saya terhadap masa TK saya dulu, bahwa guru akan sangat sabar menjawab pertanyaan yang terkadang sangat lucu dan tidak masuk akal.
Intan Yolanda 16-041
Menurut saya sistem pembelajarannya sudah cukup bagus dan juga sistem pengajarannya. Hanya perlu di maksimalkan saja. Selain itu, sekolah juga harus melihat bagaimana cara siswa belajar agar lebih mudah dan baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
Santi Melisa 16-058
Observasi kepada anak-anak TK justru semakin membuat saya deg-degan! Saya sangat senang bertemu dengan anak-anak dan seketika saya merasa lebih muda. Para guru dan murid menyambut kami dengan sapaan dan senyuman hangat. Mereka sangat atraktif tetapi terkadang suasana kelas menjadi agak ribut. Akan tetapi guru bisa mengontrol mereka. Saya berkeinginan untuk melakukan observasi ketempat lain lagi.

POSTER


LAMPIRAN



DOKUMENTASI
Foto bersama anggota kelompok dan guru beserta murid-murid


Saat anak-anak senam pagi didampingi guru



Keadaan kelas




 Siswa menggambar dan mewarnai



Guru memeriksa dan menilai gambaran siswa




Saat anak mencuci tangan sebelum makan


Siswa makan siang



Jumat, 24 Maret 2017

Motivasi

Apasih motivasi itu?

     Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Dalam pengajaran, motivasi aspek yang sangat penting, dan ini merupakan komponen utama dari prinsip psikologi learned-centered.
Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama.

PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI
     Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Mari kita bahas empat perspektif,yaitu: behavioral, humanistis, kognitif, dan sosial.

Perspektif Behavioral
     Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid Insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan dapat menjauhkan dari perilaku yang tidak tepat.
Contoh bentuk insentif: pujian, tepuk tangan, tanda bintang, penghargaan, dll.

Perspektif Humanistis
     Perspektif Humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain).
Perspektif ini berkaitan erat denan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.

Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:

  • Fisiologis: lapar, haus, tidur
  • Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
  • Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain
  • Harga diri: menghargai diri sendiri
  • Aktualisasi diri: realisasi potensi diri.
Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow; aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.
Misalnya, bagi beberapa murid, kebutuhan kognitif mungkin lebih fundamental ketimbang kebutuhan harga diri. Murid lain mungkin memenuhi kebutuhan kognitif mereka walaupun mereka belum merasakan cinta dan rasa memiliki.

Perspektif kognitif
     Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Jadi, perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil prestasi mereka sendiri. Murid meraih prestasi tinggi bukan karena kebutuhan biologis tapi karena punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
     R. W. White (1959) mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.

Perspektif Sosial
     Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan ialah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
     Salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prstasi murid adalah persepsi mereka mengenal apakah hubungan mereka dengan guru bersifa positif atau tidak.

MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU


     Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
     Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.





Kamis, 23 Maret 2017

Perencanaan, Instruksi, dan Teknologi dalam Pendidikan

PERENCANAAN

Pertama kita akan mendeskripsikan apasih itu perencanaan instruksional
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. 

Perencanaan dan Instruksi Pelajaran Teacher-Centered 

Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Terdapat tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas dan menyusun taksonomi ( klasifikasi) instruksional.

Menciptakan Sasaran Behavioral. Sasaran behavioral adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian: 
  • Perilaku murid
  • Kondisi di mana perilaku terjadi
  • Kriteria kinerja
Menganalisis Tugas. Analisis tugas yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar:
  1. Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
  2. Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pulpen, kalkulator, dsb.
  3. Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
Menyusun Taksonomi Instruksional. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif, terdapat enam sasaran:
  • Pengetahuan
  • Pemahaman
  • Aplikasi
  • Analisis
  • Sintesis
  • Evaluasi
Domain afektif, terdiri dari lima saaran yang berhubungan dengan respon emosional. Masing-masing dari lima sasaran itu mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat komitmen atau intensitas emosional tertentu, yaitu:
  • Penerimaan 
  • Respon
  • Menghargai
  • Pengorganisasian
  • Menghargai karakterisasi
Domain psikomotor, sasaran psikomotor yaitu:
  • Gerak refleks
  • Gerak fundamental dasar
  • Kemampuan perseptual
  • Kemampuan fisik
  • Gerakan terlatih
  • Perilaku non-diskusif
Instruksi Langsung
          Instruksi langsung adalah pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Strategi Instruksional Teacher-Centered
  • Mengorientasikan
  • Advance organizer
  • Pengajaran, penjelasan, dan demonstrasi
  • Pertanyaan dan diskusi
  • Mastery learning (pembelajaran penguasaan materi)
  • Seatwork ("tugas dibangku kelas")
  • Pekerjaan Rumah (PR)

Perencanaan dan Instruksi Pelajaran Learned-Centered

       Intruksi dan perencanaan learned-centered adalah pada siswa, bukan guru. Persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid. 
Prinsip learner-centered yang dikembangkan oleh gugus tugas American Psychology Assocciation (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor, yaitu:
Faktor Kognitif dan Metakognitif
  • Sifat proses pembelajaran
  • Tujuan proses pembelajaran
  • Kontruksi pengetahuan
  • Pemikiran strategis
  • Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
  • Konteks pembelajaran
Faktor Motivasi dan Emosional
  • Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
  • Motivasi instrinsik untuk belajar
  • Efek motivasi terhadap usaha
Faktor Sosial dan Developmental
  • Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
  • Pengaruh sosial terhadap pembelajaran
Faktor Perbedaan Individual
  • Perbedaan  individual dalam pembelajaran
  • Pembelajaran dan diversitas
  • Standar dan penilaian

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
     
      Teknologi dalam pendidikan merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Disaat sekarang ini teknologi merupakan sarana/alat yang baik untuk memotivasi murid dan membimbing pembelajaran mereka, dan guna mempermudah mereka dalam memperluas ilmu pengetahuan. Seperti: internet, web (world wide web), website , email, dsb.
       International Society for Technology in Education telah menyusun standar teknologi di masa pra-taman kanak-kanak sampai grade 2, grade 3 sampai 5, grade 6 sampai 8, dan grade 9 sampai 12. Standar ini bervariasi mulai dari perangkat input dan output (seperti mouse dan printer) saat murid sudah selesai grade 2 hingga murid mampu menggunakan sumber daya informasi online secara efektif untuk memenuhi kebutuhan riset, komunikasi dan produktivitas pada akhir grade 12.



Minggu, 19 Maret 2017

Implikasi Tahap Perkembangan dalam Pendidikan

   A.   Masa Kanak-Kanak Awal (Prasekolah): TK dan Playgroup (2-6 tahun)


   * Fase Berpikir Egosentris
   * Masa Bermain
   * Masa Meniru
 Masa Eksplorasi, dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya kordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti orang lain.
 Tahap praoperasional pada tahapan ini simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan.   Serangkaian pertanyaan yang diajukan anak, menunjukkan perkembangan mentalnya dan mencerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak dalam penalaran.
     Tahap prakonvensional:
Tahap 1: Orientasi Hukuman
Tahap 2: Orientasi Ganjaran

IMPLIKASI MASA PRASEKOLAH DALAM PENDIDIKAN

      a.    Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.
      b.    Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
      c.    Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
      d.    Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.
      e.    Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan).

    B.   Masa Kanak-kanak Akhir : SD (6-11 tahun)

·        Sejak usia 6 tahun sampai matang secara seksual
·        Tahap Kognitif : operasional-konkrit
-         Mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian
-         Mampu mengklasifikasikan objek
-         Mampu mengkonversi jumlah dan berat
·        Tingkat perkembangan moral : Konvensional
-         Tahap 3 : orientasi “good boy/ good girl”
-         Tahap 4 : orientasi otoritas
·        Menurut Erikson : Tahap industry vs inferiority

Implikasi Tahap Ini Terhadap Pendidikan
·        Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri – ciri suatu objek. Mengkelompokan benda – benda yang sama kedalam dua atau lebih kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokan pensilnya berdasarkan warna, dan tingginya.
·        Anak suka dipuji dan mendapat pengakuan, sebaiknya guru atau orangtua memberikan pujian saat anak melakukan hal yang positif misalnya jika anak mendapat nilai yang bagus, sebaiknya guru memberikan pujian seperti mengatakan “anak pintar” agar anak terus mengulangi hal yang positif tersebut.
·        Anak sudah mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
·        Perkembangan motorik halus anak sudah berkembang yaitu perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Seperti kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
·        Kemampuan bahasa anak sudah mulai berkembang dimana anak mulai dapat belajar membaca. Pada masa ini perubahan terjadi dalam hal anak berfikir tentang kata-kata, jadi anak dapat mengembangkan bahasa nya dengan cara membaca. 
·        Anak sudah mulai matang secara intelektual maksudnya, anak telah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus-menerus, dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Misalnya anak sudah mampu belajar mengitung, yaitu dengan guru menggambarkan dengan objek atau gambar yang membuat anak lebih tertarik dan mudah mengingatnya.
·        Pada masa ini anak mempunyai ide yang lebih baik tentang jarak dari satu tempat ke tempat lain, lama waktu tempuhnya, dan dapat mengingat rute dan tanda-tanda jalan, misalnya anak dapat dipercayakan menemukan jalan pulang atau pergi dari rumah ke sekolah.
   

   C.   Masa Remaja Akhir (11/12 sampai 18/24 tahun): Tahap SMP dan Tahap SMA


    1.     Tahap SMP

Menurut Piaget :
·        Berada pada Tahap Formal Operational
 (berkisar antara 11-15 tahun)

Menurut Erik Erikson :
·        Psikososial Tahap 5
( Identitas vs kekacauan identitas )
                          
Menurut Kohlberg :
·        Tahapan Pos Konvensional

Implikasi Pendidikan:

   ·     Remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak.
   ·      Mencoba mengerjakan sebuah tugas dengan lebih logis.
   ·      Pribadi yang lebih idealistisdalam melaksanakan sesuatu.
  ·  Kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan  sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak( imajinasi).
   ·     Mereka sudah mampu berpikir secara sistematk, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi.
  ·  Kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.


Cara meningkatkan potensi belajar pada masa sekolah menegah atas;

1.   Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2.   Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum.
3.   Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut.
4.   Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.

   2.     Tahapan SMA

Perkembangan kognitif ( Jean Piaget)
·        Berada pada Tahap Formal Operational (berkisarantara 11-15 tahun dan 18-24 tahun).yaitu,remaja mampu menghasilkan cara berpikir baru yang abstrak,formal dan logis.

Perkembangan psikososial( Erik Erikson) :
·        Psikososial Tahap 5( Identitas vs kekacauan identitas ).Pada tahap ini seseorang berusaha untuk menentukan apa yang unik tentang diri mereka ,siapa diri mereka,apa kekuatan mereka dan apa peran mereka terhadap lingkungan mereka
                          
Perkembangan  moral (Kohlberg) :
·        Tahapan Pos Konvensional.yaitu seseorang menggunakan prinsip-prinsip moral yang dipandang lebih luas dibandingkan dengan masyarakat mana pun.

Perkembangan Fisik:
·        Mengarah ke bentuk orang dewasa(tinggi dan berat badan )

Perkembangan Heteroseksual:
·        Tertarik pada lawan jenis(hormon seksual aktif)

Perkembangan  Emosional
·        Emosi tidak stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak –ledak.


Implikasi  Tahapan  Perkembangan ke dalam Pendidikan

   ·        Remaja (anak SMA) berpikir dengan cara yang lebih abstrak, formal dan logis.
Implikasinya: Memberikan sebuah problem tertentu kepada seorang remaja dengan tujuan agar sang remaja dapat mengatasi ,menyelesaikan ,mengevaluasi serta mengambil pelajaran dari problem tersebut dengan kemampuan berpikir abstrak dan logis nya.

   ·        Remaja mencari identitas sejatinya
Implikasinya : Memberikan sebuah motivsasi kepada para remaja .seperti,bakat apa yang ada pada dirinya?apa yang ingin dicapai setelah lulus SMA?ingin menjadi apa di masa depan? dsb.agar sang remaja dapat mengetahui potensi apa yang ada pada diri mereka dan dapat mengembangkannya.

   ·        Remaja yang menggunakan prinsip-prinsip moral
Implikasinya:  Megadakan kegiatan bakti sosial ataupu sosialisasi,dengan tujuan agar dapat membentuk tingkat kepedulian remaja terhadap dirinya sendiri serta hubungan lingkungan sosialnya.dan juga memandang penting kesejahteraan orang lain sebagai cerminan tingkat moralitas tinggi.

   ·        Perkembangan heteroseksual
Implikasinya: Memberikan sebuah wawasan kepada remaja tentang bagaimana cara kita merespon seksual manusia(lawan jenis) menurut biologisnya, kemudian dasar biologis dari perilaku seksual,sampai dengan penyimpangan –penyimpangan seksual.
  
   ·        Perkembangan emosional
Implikasinya: Para orang tua memberikan empati dan simpati kepada anak dan membantu mereka dalam mengambil sikap dan memahami perasaan oarang lain an juga membantu anak dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah.